Pendahuluan
Impetigo adalah infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Stafilokokus aureus dan Streptokokus hemolitikus B grup A.
Impetigo mengenai kulit bagian atas (epidermis superfisial).
Impetigo adalah infeksi kulit yang
sering terjadi pada anak-anak. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun.
Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu impetigo krustosa (tanpa gelembung
cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung
berisi cairan). Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik
dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah.
Epidemiologi
Impetigo menyebar melalui kontak
langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian
impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada
anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa.
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi
dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali
menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada
tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.
Patofisiologi
Kira-kira 30% nares anterior dikolonisasi oleh S aureus. Beberapa individu kolonisasi S aureus menyebabkan episode berulang impetigo pada hidung dan bibir. Bakteri dapat menyebar dari hidung ke kulit yang sehat dalam waktu 7-14 hari, dengan lesi impetigo muncul 7-14 hari kemudian.
Kira-kira 30% nares anterior dikolonisasi oleh S aureus. Beberapa individu kolonisasi S aureus menyebabkan episode berulang impetigo pada hidung dan bibir. Bakteri dapat menyebar dari hidung ke kulit yang sehat dalam waktu 7-14 hari, dengan lesi impetigo muncul 7-14 hari kemudian.
Penyebab impetigo bullous adalah gram
positif, koagulase-positif, S aureus grup II, yang paling
sering adalah fag tipe 71.S aureus menghasilkan eksotoksin
eksfoliatif ekstraselular disebut exfoliatins A dan B. Eksotoksin S.
aureus menyebabkan kehilangan adhesi sel di permukaan dermis yang
menyebabkan
kulit melepuh. Salah satu target protein eksotoksin A adalah desmoglein I yang mempertahankan adhesi sel. Molekul-molekul ini juga merupakan superantigen yang bertindak secara lokal dan mengaktifkan limfosit T. Koagulasi dapat menyebabkan toksin untuk tetap berada dalam epidermis atas dengan menghasilkan fibrin thrombi. Tidak seperti impetigo nonbulosa, impetigo bullous terjadi pada kulit utuh.
kulit melepuh. Salah satu target protein eksotoksin A adalah desmoglein I yang mempertahankan adhesi sel. Molekul-molekul ini juga merupakan superantigen yang bertindak secara lokal dan mengaktifkan limfosit T. Koagulasi dapat menyebabkan toksin untuk tetap berada dalam epidermis atas dengan menghasilkan fibrin thrombi. Tidak seperti impetigo nonbulosa, impetigo bullous terjadi pada kulit utuh.
Impetigo nonbulosa terjadi pada lebih dari 70% kasus pada anak usia<15 tahun
dengan infeksi. Penyebabnya adalah S aureus. S aureus
menghasilkan toksin bakteritoksin dari streptokokus.
Jika seseorang terkontak orang lain (misalnya, anggota rumah tangga,
teman-teman sekelas, rekan satu tim) yang kulitnya telah terinfeksi GABHS atau
pembawa organisme, kulit normal seseorang dapat terkolonisasi bakteri. Setelah
kulit yang sehat terkolonisasi bakteri, trauma ringan seperti lecet atau
digigit serangga, bisa mengakibatkan perkembangan lesi impetigo dalam waktu 1-2
minggu.GABHS dapat dideteksi dalam hidung dan tenggorokan dalam 2-3 minggu
setelah lesi berkembang, walaupun mereka tidak memiliki gejala-gejala
faringitis streptococcus.Hal ini karena impetigo dan faringitis disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri. Impetigo biasanya karena strain D, sedangkan faringitis
disebabkan strain A, B dan C.
Gejala klinis
Impetigo dapat timbul
sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit
kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi)
atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV).
Impetigo bulosa
·
Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang
timbul sampai bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dari
1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh
·
Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian
tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah
·
Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
·
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan
itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.
·
Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat
lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
·
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
·
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam,
lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau
tulang.
Diagnosis banding lainnya dari impetigo bulosa :
Ø Eritema multiforme
bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak (penonjolan datar di atas
permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak
(daerah ekstensor)
Ø Lupus eritematosa
bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal, seringkali
melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan
Ø Pemfigus bulosa :
vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan plak urtikaria
Ø Herpes simplex :
vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet dan
tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit
Ø Gigitan serangga :
bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok di daerah yang terkena gigitan
Ø Pemfigus vulgaris :
bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai beberapa sentimeter,
muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet muncul seminggu sebelum
penyembuhan dengan hiperpigmentasi (warna kulit yang lebih gelap dari
sebelumnya), tidak ada jaringan parut
Ø Sindrom steven-johnson
: vesikulobulosa (lesi gelembung mulai dari vesikel sampai bulla) yang
melibatkan kulit, mulut, mata dan genitalia; sariawan yang dalam degan krusta akibat
perdarahan adalah gambaran khas.
Ø Luka bakar : terdapat
riwayat luka bakar derajat dua
Ø Toxic epidermal necrolysis (TEN) : seperti sindrom steven-johnson yang
diikuti pengelupasan kulit badian atas (epidermis) secara menyeluruh.
Ø Varisela :
vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan
wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap
(vesikel, krusta) pada saat yang sama.
Impetigo krustosa
- Awalnya berupa warna kemerahan
pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter
<0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
- Lesi papul segera menjadi
menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung
nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng
berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan
minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
- Lesi muncul pada kulit normal
atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit
sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan
cepat.
- Lesi berada sekitar hidung,
mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka (tangan dan kaki).
- Kelenjar getah bening dapat
menbesar dan dapat nyeri
- Lesi juga menyebar ke daerah
sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
- Jika dibiarkan tidak diobati
maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri sendiri (digaruk lalu
tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat lain). Lalu dapat
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan parut..
- Walaupun jarang, bengkak pada
kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan pada orang dengan impetigo
krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat
reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus penyebab impetigo
- Tidak ada tanda gejala radang tenggorokan
Diagnosis banding lainnya dari impetigo krustosa adalah :
Ø Dermatitis atopi :
keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik) dan kulit yang
kering; penebalan pada pada lipatan kulit terutama pada dewasa
(likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian
dalam.
Ø Candidiasis (infeksi
jamur candida) : papul merah, basah;umumnya didaerah selaput lendir atau daerah
lipatan.
Ø Dermatitis kontak :
gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat yang mengiritasi.
Ø Diskoid lupus
eritematosa : lesi datar (plak) berbatas tegas yang mengenai sampai folikel
rambut.
Ø Ektima : lesi
berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding) dapat
menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila infeksi
sampai jaringan kulit dalam (dermis).
Ø Herpes simplex :
vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet tertutupi
oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
Ø Gigitan serangga :
terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri
Ø Scabies : vesikel yang
menyebar, kecil, terdapat terowongan, pada sela-sela jari, gatal pada malam
hari.
Ø Varisela : vesikel
pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah;
vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel,
krusta) pada saat yang sama.
Diagnosis banding lainnya secara umum dari kelainan kulit yang
menyerupai impetigo dan memerlukan penanganan segera adalah :
- Selulitis adalah infeksi pada
kulit yang meluas sampai mengenai jaringan bawah kulit. Penyebab tersering
adalah grup A B-hemolitic streptococus. Faktor risikonya adalah lecet pada
kulit, robek pada kulit, luka bakar, kulit yang mengalami dermatitis.
- Reaksi alergi/dermatitis kontak
seringkali didiagnosis selulitis. Jika terdapat gatal dan tidak terdapat
nyeri tekan maka seringkali bukan selulitis.
- Erisipelas adalah bentuk
infeksi permukaan dari selulutis.
- Staphylococcal scalded skin
syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit dengan gelembung-gelembung
(vesikel-bulla) yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan bakteri
Stafilokokus aureus.
- Necroticing fasciitis adalah infeksi jaringan lunak
yang progesif yang ditandai dengan nekrosis (kematian jaringan) dari
jaringan bawah kulit.
Nyeri tekan
|
Demam
|
Krusta, eksudat
|
Gejala sistemik
|
HR ↑,
BP↓
|
Gejala lain
|
|
Selulitis
|
+/-
|
+/-
|
+/-
|
+/-
|
-
|
|
Erisipelas
|
+
|
+/-
|
+/-
|
+
|
+/-
|
Batas tegas
|
Impetigo
|
-
|
+/-
|
++
|
-
|
-
|
Dapat berupa bullae
|
SSSS
|
+
|
+
|
++
|
+/-
|
+/-
|
|
Necrotising
fasciitis
|
++
|
+
|
+/-
|
++
|
++
|
Dapat disertai
penurunan trombosit (trombositopenia)
|
Reaksi
alergi/dermatitis kontak
|
-
|
+/-
|
-
|
-
|
-
|
Kadangkala
gatal,dapat terlihat gigitan serangga
|
Pemeriksaan Laboratorium:
Ø
Impetigo
biasanya didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis
Ø Urinalis dibutuhkan untuk
mengevalusi glomenulonefritis akut poststreptokokal jika terjadi onset bengkak
dan hipertensi. Hematuria, proteinuria seebagai indikator keterlibatan renal.
Ø Laboratorium rutin: pada
pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus
pasien dengan impetigo.
Ø Pemeriksaan imunologis:
pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan
kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
Ø Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang
diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla dapat
dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S.
pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes sensitivitas antibiotic dilakukan untuk
mengisolasi metisilin resistar.S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian
antibiotic yang sesuai.Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram
positif.
Ø Kultur bakteri
Pada blood agar
koloni kuman mengalami hemolisis dan memperlihatkan daerah yang hemolisis di
sekitarnya meskipun dengan blood agar telah cukup untuk isolasi kuman, manitol
salt agar atau medium Baierd-Parker egg Yolk-tellurite direkomendasikan jika
lesi juga terkontaminasi oleh organism lain. Kemampuan untuk mengkoagulasi
plasma adalah tes paling penting dalam mengidentifikasi S. aureus. Pada sheep
blood agar, S. pyogenes membentuk koloni kecil dengan daerah hemolisis
disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus dengan tes
katalase.Streptococcus memberikan hasil yang negative.
Ø
Penemuan histopatologis
Impetigo bulosa dengan atau tanpa
adanya sel inflamasi pada bula. Terdapat infiltrate polimorfi dalam dermis atas
serta akantolisis pada lapisan granular. Impetigo nonbulosa terdapat serum
kering diatas epidermis.Kokus gram positif juga dapat
terlihat.Spongiosis epidermal dan adanya infiltrasi dermal berat dengan
neutrofil dan sel limfosit.
Pengobatan
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan
rasa tidak nyaman dan memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah
penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah kekambuhan.
Pengobatan harus efektif, tidak
mahal dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan
karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek
samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas
pada kulit orang-orang tertentu.
Pada lesi yang terlokalisir maka
pemberian antibiotik topikal diutamakan. Karena antibiotik topikal sama
efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin
2% atau asam fusidat. Antibiotik oral disimpan untuk kasus dimana pasien
sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit
penyerta yang berat. Penggunaan disinfektan topikal tidak direkomendasikan
dalam pengobatan impetigo.
Obat topikal yang diberikan
mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selama tiga sampai
lima hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam
klavulanat; cefuroxime; cephalexin; dicloxacillin; atau eritromicin selama 10
hari.
Pengobatan penunjang adalah :
Ø Menghilangkan krusta
dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan
handuk basah
Ø Mencegah anak untuk
menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban
tahan air dan memotong kuku anak
Ø Lanjutkan pengobatan
sampai semua luka lecet sembuh
Dengan pengobatan
antibiotik selama 24 jam maka infeksi sudah tidak menyebar dan anak dapat masuk
sekolah atau bertemu dengan teman-temannya. Untuk mencegah impetigo dapat
dilakukan :
Ø Mandi teratur dengan
sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada
sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
Ø Higiene yang baik,
mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih
Ø Jauhkan diri dari
orang dengan impetigo
Ø Orang yang kontak
dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.
Ø Cuci pakaian, handuk
dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air
panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan
yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
Ø Gunakan sarung tangan
saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan
setelah itu
Kunjungan ke ulang ke dokter dilakukan bila :
Ø Lesi impetigo menyebar
lebih luas setelah pengobatan
Ø Anak menjadi tidak
sehat; misalnya disertai demam
Impetigo sangat
menular dan dapat dengan mudah menyebar ke orang lain karena itu penting untuk
diingat bahwa pencegahan anak untuk menggaruk luka sangat penting, anak dapat
kembali beraktivitas setelah 24 jam pengobatan dan semua luka/ lecet sudah
ditutup (dengan kasa), lanjutkan pengobatan sampai semua lesi hilang, dan
jangan lupa untuk mengelupaskan krusta walaupun anak dalam pengobatan
sekalipun.
Komplikasi
Impetigo
bulosa:
Ø
Selulitis,
limfangitis, bakteriemia, arthritis septic, dan septicemia
Ø
Toksin
eksfoliatif yang diabsorbsi akan masuk kedalam pembuluh darah dapat
menyebabkan Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS). Ini
sering terjadi pada anak yang antibodinya untuk melawan toksin tidak
berkembang.
Impetigo
non bulosa :
Ø
GNF
akut yang terjadi pada 2-5% impetigo akibat infeksi S aureus dan
GABHS
Ø Infeksi yang lebih dalam
seperti ektima
Dapat pula terjadi komplikasi sepsis, artritis, osteomielitis,
pneumonia ataustaphylacoccal scalded skin syndrome.
Prognosis
Secara umum
prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang teratur,
meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan
lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.
Kepustakaan
1. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5th
ed. New York, Mc Graw Hill.
2. Djuanda,
Adhi.2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke-5. Jakarta: FK UI
3. Standar
Pelayanan Medis Penyakit Kulit san Kelamin RSUP Dr.Sardjito.
No comments:
Post a Comment